Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) – Averrhoa bilimbi, yang umumnya dikenal sebagai Belimbing Wuluh, merupakan tumbuhan obat yang termasuk dalam keluarga Oxalidaceae. Genus Averrhoa dinamai berdasarkan seorang filsuf Arab, dokter, dan ahli hukum Islam, Ibn Rushd, yang sering dikenal sebagai Averroes (1126-98). A. bilimbi memiliki hubungan dekat dengan Averrhoa carambola (belimbing), sebuah tumbuhan yang terkenal dengan bentuknya yang menyerupai bintang.
Asal-usulnya terletak di Asia Tenggara dan diyakini sebagai tumbuhan asli Malaysia Barat dan Kepulauan Moluccas di Indonesia. Tumbuhan ini dibudidayakan di seluruh Malaysia, Indonesia, Singapura, Filipina, Thailand, Bangladesh, Myanmar, dan India. Penyebarannya juga meluas ke negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brasil, Kolombia, Ekuador, Jamaika, Puerto Riko, Tanzania, dan Trinidad dan Tobago. Nama umum lain dari A. bilimbi antara lain Belimbing Wuluh dalam bahasa Indonesia; kamias, camias, dan pias di Filipina; ta ling pling dalam bahasa Thai; huang gua shu dalam bahasa Tionghoa; bilimbim, biri-biri, limao de caiena, dan azedinha di Brasil; vilimbipuli, irumpanpuli, dan bilimbi di India; khe tay dalam bahasa Vietnam; taling pling di Thailand; serta belimbing buluh dan blimbing asam di Malaysia.
Belimbing Wuluh merupakan pohon kecil yang dapat tumbuh hingga 15 m dengan cabang-cabang yang jarang. Tumbuhan ini memiliki daun majemuk dengan 20–40 anak daun setiap daun, dan panjangnya mencapai 5–10 cm. Daun-daunnya berambut dengan bentuk pinnate dan membentuk kelompok di ujung cabang. Pohon ini bersifat cauliflorous dengan bunga-bunga yang tumbuh dalam tandan pada batang dan cabang lainnya. Bunga-bunga tersebut bersifat heterotristylous dengan kelopak berukuran 10–30 mm, berwarna kuning hijau hingga ungu kemerahan. Buah-buahnya tumbuh langsung pada batang dan batang utama.
Buahnya berwarna hijau dengan daging yang keras dan juicy, yang menjadi lembut saat matang. Getah buah ini sangat asam. Belimbing Wuluh memiliki nilai penting dalam pengobatan komplementer, seperti yang ditunjukkan oleh sejumlah besar penelitian yang telah dilakukan. Oleh karena itu, kami bertujuan untuk menyusun tinjauan terkini dan komprehensif tentang Belimbing Wuluh yang mencakup penggunaan tradisional, fitokimia, dan farmakologi tumbuhan ini.
Klasifikasi Ilmiah:
Kingdom: Plantae – Tumbuhan
Subkingdom: Tracheobionta – Tumbuhan berpembuluh
Superdivisi: Spermatophyta – Tumbuhan berbiji
Divisi: Magnoliophyta – Tumbuhan berbunga
Kelas: Magnoliopsida – Dikotil
Subkelas: Rosidae
Ordo: Geraniales
Famili: Oxalidaceae – Famili Khatulistiwa
Genus: Averrhoa Adans – Averrhoa
Spesies: A. bilimbi L. – Bilimbi
Penjelasan: Averrhoa bilimbi atau Belimbing Wuluh masuk dalam kerajaan tumbuhan (Plantae) dan subkerajaan tumbuhan berpembuluh (Tracheobionta). Tumbuhan ini termasuk dalam kelompok spermatofita atau tumbuhan berbiji (Spermatophyta) yang menghasilkan biji. Dalam divisi magnoliophyta atau tumbuhan berbunga, Bilimbi masuk ke dalam kelas magnoliopsida yang juga dikenal sebagai tumbuhan berkeping dua (dikotil).
Pada tingkat lebih rinci, Belimbing Wuluh termasuk dalam subkelas Rosidae. Urutan atau ordo dari tumbuhan ini adalah Geraniales. Tumbuhan ini termasuk dalam keluarga Oxalidaceae, yang juga dikenal sebagai keluarga Khatulistiwa. Genus atau kelompok tumbuhan yang lebih besar adalah Averrhoa, yang dinamai menurut ahli botani Prancis, Michel Adanson.
Spesies yang spesifik adalah A. bilimbi, dengan “A” yang mengacu pada genus Averrhoa dan “bilimbi” merupakan nama spesiesnya. Nama ilmiah lengkapnya adalah Averrhoa bilimbi L., dengan “L.” mengacu pada Carl Linnaeus, ilmuwan yang mendeskripsikan dan memberi nama ilmiah kepada tumbuhan ini.
Jadi, klasifikasi ilmiah ini menguraikan hierarki taksonomi dari Belimbing Wuluh mulai dari tingkat kingdom hingga tingkat spesies dan memberikan informasi mengenai bagaimana tumbuhan ini diklasifikasikan berdasarkan hubungan evolusioner dan karakteristik morfologi.
Penggunaan Etnomedisinal:
Belimbing Wuluh telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit. Infus dan dekoksi dari daunnya digunakan sebagai obat antibakteri, antiskorbutik, adstringen, obat perlindungan pasca persalinan, dalam pengobatan demam, peradangan rektum, dan diabetes. Pasta dari daunnya digunakan dalam pengobatan gatal-gatal, bisul, ruam kulit, gigitan binatang berbisa, rematik, batuk, pilek, gondongan, dan sifilis. Buah yang digosok halus, dengan sedikit garam ditambahkan, dioleskan di wajah untuk mengobati jerawat. Jus buahnya digunakan dalam pengobatan skorbut, kolik empedu, batuk rejan, hipertensi, obesitas, dan diabetes.
Kandungan Bahan Alami
Buah
Dalam analisis buah Belimbing Wuluh, ditemukan 53 komponen berbeda sebagai zat volatile. Asam alifatik menyusun 47,8% dari total zat volatile. Komponen utama adalah asam heksadekanoat [asam palmitat] (20,4%), 2-furaldehida (19,1%), dan asam (Z)-9-oktadekenoat (10,2%). Dari komponen yang diidentifikasi, 12 di antaranya adalah ester, termasuk butil nikotinat (1,6%) dan heksil nikotinat (1,7%) yang hadir dalam jumlah yang lebih tinggi.
Dalam studi lain, Pino et al. menyelidiki komponen-komponen volatile dari Belimbing Wuluh yang tumbuh di Kuba. Pulp buah memiliki sekitar 6 mg/kg komponen volatile total, dari mana 62 senyawa diidentifikasi. Senyawa utama adalah nonanal (2,7 mg/kg), (Z)-3-heksenol (0,48 mg/kg), asam heksadekanoat (0,31 mg/kg), oktana (0,29), tricosane (0,27 mg/kg), (E)-2-dekenal (0,26 mg/kg), asam nonanoat (0,25 mg/kg), (Z)-9-pentakosena (0,24 mg/kg), 2-furfural (0,18 mg/kg), dan (Z)-9-trikosena (0,11 mg/kg).
Sisa senyawa hadir dalam jumlah yang sangat kecil (<0,1 mg/kg). Serangkaian senyawa C-9: nonanal, asam nonanoat, dan (E)-2-nonenal memberikan aroma buah Belimbing Wuluh dengan aroma lemak dan hijau khas. Senyawa kedua yang paling dominan, yaitu (Z)-3-heksenol, juga diyakini memberikan aroma hijau pada buah tersebut.
Studi fitokimia awal dari ekstrak buah dengan menggunakan metode kimia dan kromatografi lapis tipis mengungkapkan adanya karbohidrat, protein, asam amino, flavonoid, tanin, prinsip pahit, minyak esensial, valepotriat, kumarin, dan terpena. Buahnya juga kaya akan Vitamin C dan asam oksalat. Isolasi 2,4-dihidroksi-6-((4-metilpentiloksi) metil) benzaldehida dari ekstrak buah juga telah dilaporkan.
Daun
Pemeriksaan fitokimia awal dari ekstrak daun menunjukkan adanya alkaloid, tanin, saponin, flavonoid, glikosida jantung, glikosida, triterpen, fenol, dan karbohidrat. Gunawan et al. melaporkan isolasi tujuh senyawa dari ekstrak metanol daun Belimbing Wuluh. Ini termasuk skualen, 3-(6,10,14-trimetilpentadekan-2-il) furan-2 (5H)-on, 2,3-bis (2,6,10-trimetilundeka-1,5,9-trienil) oksirana, fitol, asam 3,4-dihidroksiheksanedioat, asam malonat, dan 4,5-dihidroksil-2-metilenhidroksibenzenaldehida.
Farmakologi Belimbing Wuluh
Klaim tradisional dan peran dalam efikasi Belimbing Wuluh dalam pengobatan berbagai penyakit menular dan non-infeksi telah dikonfirmasi melalui sejumlah studi ilmiah yang relevan. Berbagai penyelidikan farmakologi, termasuk penelitian in vitro dan in vivo (pada hewan), telah dilakukan pada daun dan buah Belimbing Wuluh. Sejumlah aktivitas farmakologi telah dilaporkan oleh berbagai peneliti sejauh ini, termasuk antidiabetes, antihypertensi, antitrombotik, hipolipidemik, hepatoprotektif, sitotoksik, antimikroba, penyembuhan luka, antelmintik, dan antioksidan.
- Antidiabetes: Beberapa penelitian telah menunjukkan potensi Belimbing Wuluh dalam mengatur kadar gula darah dan memperbaiki toleransi glukosa.
- Antihypertensi: Ekstrak dari Belimbing Wuluh telah menunjukkan efek menurunkan tekanan darah pada penelitian pada hewan.
- Antitrombotik: Beberapa penelitian menunjukkan kemampuan Belimbing Wuluh dalam mencegah pembentukan gumpalan darah yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
- Hipolipidemik: Belimbing Wuluh dapat membantu mengurangi kadar lemak dalam darah, yang dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
- Hepatoprotektif: Penelitian menunjukkan bahwa Belimbing Wuluh memiliki potensi untuk melindungi hati dari kerusakan dan gangguan.
- Sitotoksik: Beberapa studi menunjukkan aktivitas sitotoksik Belimbing Wuluh terhadap sel-sel kanker tertentu.
- Antimikroba: Ekstrak Belimbing Wuluh telah menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap berbagai jenis mikroorganisme, termasuk bakteri dan jamur.
- Penyembuhan Luka: Belimbing Wuluh dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi risiko infeksi.
- Antelmintik: Beberapa penelitian menunjukkan kemampuan Belimbing Wuluh dalam mengatasi infestasi cacing parasit.
- Antioksidan: Komponen dalam Belimbing Wuluh memiliki sifat antioksidan yang dapat membantu melindungi sel-sel dari kerusakan oksidatif.
Studi-studi ini memberikan pandangan yang mendalam tentang berbagai potensi kesehatan yang dimiliki oleh Belimbing Wuluh. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami mekanisme aksi yang lebih rinci dan potensi penggunaan dalam pengobatan manusia secara lebih luas.
Manfaat Belimbing Wuluh sebagai Agen Antimikroba
Agen antimikroba termasuk obat yang paling sering digunakan dalam pengobatan manusia dan praktik hewan. Perkembangan resistensi antimikroba yang luas dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong pencarian kembali untuk menemukan agen antimikroba baru guna pengobatan penyakit infeksi. Ekstrak etanol daun Belimbing Wuluh dilaporkan memiliki aktivitas antimikroba yang dapat dihargai terhadap enam mikroorganisme patogen, yaitu dua bakteri Gram-positif (Bacillus cereus dan Bacillus megaterium), dua bakteri Gram-negatif (Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa), dan dua jamur (Aspergillus ochraceous dan Cryptococcus neoformans).
Ekstrak air dan kloroform dari daun dan buah Belimbing Wuluh (100 mg/ml) menunjukkan aktivitas antibakteri yang positif terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis, Bacillus cereus, Salmonella typhi, Citrobacter freundii, Aeromonas hydrophila, Proteus vulgaris, dan Kocuria rhizophila. Buah bilimbi utuh dan jus bilimbi yang dihaluskan (tanpa penyaringan) pada konsentrasi 1:2 dan 1:4 w/v masing-masing menunjukkan aktivitas yang signifikan terhadap Listeria monocytogenes Scott A dan Salmonella typhimurium dalam uji antibakteri in vitro. Persiapan buah ini juga terbukti dapat mengurangi jumlah mikroorganisme L. monocytogenes Scott A dan S. typhimurium pada udang mentah setelah dicuci dan selama penyimpanan (4°C). Hal ini menunjukkan potensi buah A. bilimbi untuk digunakan sebagai metode alami dalam mendekontaminasi udang sebelum disiapkan dan dikonsumsi.
Dalam penelitian lain, ekstrak buah dan akar Belimbing Wuluh juga ditemukan memiliki aktivitas positif terhadap Mycobacterium tuberculosis dengan Konsentrasi Hambat Minimal (MIC) sebesar 1600 μg/ml. Ekstrak daun juga dilaporkan memiliki aktivitas antijamur sedang terhadap Blastomyces dermatitidis, Candida albicans, Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale, dan Trichophyton spp. dengan nilai MIC berkisar antara 15,65 hingga 62,50 µg/ml.
Manfaat Belimbing Wuluh sebagai Agen Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan dan menetralisir radikal bebas, sehingga mencegah kerusakan seluler. Dalam beberapa tahun terakhir, potensi terapeutik antioksidan dalam mengatasi penyakit yang terkait dengan stres oksidatif seperti kanker, diabetes mellitus (DM), dan gangguan neurodegeneratif telah menjadi perhatian utama. Penelitian oleh Abas dan koleganya mengungkapkan bahwa ekstrak etanol daun Belimbing Wuluh serta 11 sayuran tradisional Malaysia lainnya memiliki aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Belimbing Wuluh (0,02% w/v) memiliki aktivitas antioksidan yang moderat dalam metode tiokianat besi dan asam tiobarbiturat, sementara tidak aktif dalam uji DPPH (2,2-difenil-1-(2,4,6-trinitrofenil) hidrazil). Namun, ekstrak buah Belimbing Wuluh menunjukkan aktivitas perangkap radikal DPPH yang kuat dengan nilai IC50 sebesar 20,35 μg/ml. Selain itu, ekstrak buah ini juga memiliki kapasitas antioksidan total yang mencolok, sekitar 417,093 ± 6,577 mg/g setara dengan asam askorbat.
Temuan ini juga telah dikonfirmasi oleh penelitian lain yang serupa. Studi oleh Precious dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Belimbing Wuluh memiliki efek fotoprotektif terhadap kerusakan oksidatif yang diinduksi oleh sinar ultraviolet (UV) pada kulit mencit albino. Pemberian topikal ekstrak dengan konsentrasi 4% mengurangi dampak penuaan kulit akibat sinar UV pada kulit mencit dengan mengurangi kadar malondialdehida hingga 50% dibandingkan dengan kelompok kontrol yang terkena radiasi. Hewan yang diberi perlakuan ekstrak juga menunjukkan perubahan histologis dan dermatitis yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok yang tidak diobati. Temuan ini mengindikasikan bahwa daun A. bilimbi mungkin mengandung agen anti-penuaan.
Sebagai kesimpulan, Belimbing Wuluh memiliki peran penting sebagai agen antioksidan yang dapat membantu melindungi sel-sel dari kerusakan oksidatif. Aktivitas antioksidan ini memiliki potensi untuk mendukung pengobatan dan pencegahan berbagai penyakit terkait stres oksidatif, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami mekanisme dan potensi penggunaan ini dalam bidang medis.
Manfaat Belimbing Wuluh sebagai Agen Hepatoprotektif
Hati adalah organ vital dalam tubuh yang memiliki peran utama dalam metabolisme, sekresi, penyimpanan, dan detoksifikasi zat kimia. Aktivitas hepatoprotektif adalah kemampuan suatu senyawa atau ekstrak untuk mencegah kerusakan hati. Ekstrak metanol dari daun Belimbing Wuluh telah menunjukkan aktivitas hepatoprotektif yang cukup baik terhadap toksisitas hati yang diinduksi oleh karbon tetraklorida (CCl4) pada tikus Wistar. Penelitian oleh Thamizh dan rekan-rekannya melaporkan bahwa ekstrak metanol Belimbing Wuluh (dosis 250 dan 500 mg/kg, p.o.) secara signifikan (P < 0,01) mencegah peningkatan kadar beberapa biomarker kerusakan hati yang mencakup serum glutamat oksaloasetat transaminase, serum glutamat piruvat transaminase, fosfatase alkalin, protein total, dan bilirubin pada tikus.
Lebih lanjut, ekstrak buah Belimbing Wuluh dengan dosis 250 mg/kg berat badan dan 500 mg/kg berat badan juga dilaporkan memiliki aktivitas hepatoprotektif yang signifikan terhadap kerusakan hati yang diinduksi oleh acetaminophen pada tikus Wistar.
Penelitian ini menunjukkan potensi Belimbing Wuluh sebagai agen hepatoprotektif yang dapat melindungi hati dari kerusakan. Kemampuan ini dalam mencegah kenaikan kadar biomarker kerusakan hati dapat memiliki implikasi penting dalam pengobatan dan perlindungan kesehatan hati, terutama dalam menghadapi risiko kerusakan hati yang disebabkan oleh berbagai faktor. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami mekanisme kerja dan potensi penggunaan Belimbing Wuluh dalam aplikasi medis lebih lanjut.
Manfaat Belimbing Wuluh sebagai Agen Antikanker
Uji sitotoksitas digunakan untuk menentukan apakah suatu senyawa atau ekstrak bersifat toksik terhadap sel-sel. Metode pengujian sitotoksitas secara rutin digunakan dalam skrining obat antitumor. Ekstrak etanol daun Belimbing Wuluh telah terbukti memiliki aktivitas sitotoksik yang sedang (LC50, 5,81 µg/l) dalam uji kematian larva udang brine. Dalam penelitian lain, ekstrak metanol dari buah dan fraksi CCl4 dan petroleum eter dari ekstrak tersebut menunjukkan potensi sitotoksik yang signifikan (dengan LC50 masing-masing 0,005 µg/ml, 1,198 µg/ml, dan 0,781 µg/ml) dibandingkan dengan sulfat vincristine (dengan LC50 0,839 µg/ml). Dalam penelitian serupa lainnya, nilai LC50 dari fraksi larut kloroform dan air berturut-turut adalah 5,691 dan 6,123 µg/ml.
Temuan ini menunjukkan bahwa Belimbing Wuluh memiliki potensi sebagai agen antikanker dengan aktivitas sitotoksik yang dapat merusak sel-sel kanker. Hasil positif dalam uji sitotoksitas ini menunjukkan bahwa senyawa atau ekstrak dari Belimbing Wuluh mungkin memiliki kemampuan untuk merusak dan membunuh sel-sel kanker. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami mekanisme kerjanya dan potensi penggunaan dalam pengobatan kanker pada manusia.
Manfaat Belimbing Wuluh sebagai Agen Penyembuh Luka
Beberapa tanaman obat telah terbukti memiliki efek penyembuhan yang signifikan. Dalam konteks ini, penggunaan Belimbing Wuluh dalam mengobati luka oral juga telah diinvestigasi secara ilmiah. Igaa melakukan studi untuk mengevaluasi efek ekstrak daun Belimbing Wuluh pada penyembuhan luka gusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun Belimbing Wuluh (konsentrasi 10%) meningkatkan penyembuhan luka gusi, yang ditandai dengan peningkatan signifikan jumlah fibroblas pada luka gusi tikus dibandingkan dengan kelompok yang tidak diobati.
Temuan ini mengindikasikan bahwa Belimbing Wuluh memiliki potensi sebagai agen penyembuh luka dengan efek positif pada penyembuhan luka gusi. Penggunaan ekstrak daun Belimbing Wuluh secara lokal mampu meningkatkan jumlah fibroblas, yang merupakan sel-sel penting dalam proses penyembuhan jaringan. Meskipun temuan ini menjanjikan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme yang lebih mendalam dan potensi penggunaan A. bilimbi dalam penyembuhan luka yang lebih luas, termasuk dalam pengobatan luka pada manusia.
Manfaat Belimbing Wuluh sebagai Agen Antidiabetes
Diabetes Mellitus (DM) memengaruhi ratusan juta orang di seluruh dunia. DM adalah gangguan metabolik kompleks yang disebabkan oleh kekurangan insulin atau disfungsi insulin. Ini merupakan masalah kesehatan masyarakat utama yang memengaruhi lebih dari 400 juta orang di seluruh dunia.
Penelitian ilmiah mengungkapkan bahwa Belimbing Wuluh memiliki sifat antidiabetes. Pushparaj et al. mengevaluasi efek hipoglikemik dan hipolipidemik ekstrak daun Belimbing Wuluh pada tikus diabetes yang diinduksi oleh streptozotocin (STZ). Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ekstrak etanol daun (dosis 125 mg/kg dua kali sehari p.o.) secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah dan trigliserida dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Dalam penelitian lain, Pushparaj et al. menguji kemungkinan mekanisme tindakan hipoglikemik dari fraksi heksana, etil asetat, butanol, dan air dari ekstrak etanol daun Belimbing Wuluh pada tikus jantan Sprague-Dawley diabetes yang diinduksi oleh STZ. Efek hipoglikemik dari berbagai fraksi dinilai pada dosis 125 mg/kg berat badan pada tikus diabetes STZ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fraksi air kepada tikus diabetes yang diinduksi oleh STZ secara signifikan meningkatkan sekresi insulin dan memperbaiki toleransi glukosa, sementara aktivitas glukosa-6-fosfatase hati menurun. Peningkatan kadar insulin dalam serum diyakini menjadi mekanisme tindakan yang mungkin dari tanaman ini.
Dalam penelitian serupa yang dilakukan oleh Tan et al. pada tikus diabetes yang diinduksi oleh diet tinggi lemak dan STZ, fraksi air dan fraksi butanol dari ekstrak etanol daun menghasilkan efek hipoglikemik dan hipotrigliseridemik yang signifikan. Dalam penelitian in vitro terhadap enzim pencernaan, ekstrak etanol daun dilaporkan memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase dan ekstrak yang sama tidak memiliki aktivitas terhadap enzim α-amilase.
Selain itu, Pan menyelidiki efek Belimbing Wuluh pada jalur sinyal insulin. Ditemukan bahwa berbagai ekstrak daun menunjukkan inhibisi yang kuat terhadap enzim protein tirosin fosfatase 1B (PTP1B) dalam uji enzim in vitro pada konsentrasi 10 μg/ml. Ekstrak eter dietil menghasilkan inhibisi terkuat dengan aktivitas PTP1B residu sebesar 0,7%, diikuti oleh ekstrak eter petroleum dengan 5,7%, sementara ekstrak butanol dan air menunjukkan potensi yang lebih rendah dengan aktivitas PTP1B residu masing-masing 34,9% dan 35,0%.
Temuan ini menunjukkan bahwa Belimbing Wuluh memiliki potensi sebagai agen antidiabetes dengan kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah dan mempengaruhi mekanisme terkait insulin. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme aksi yang lebih mendalam dan potensi penggunaan dalam pengobatan diabetes pada manusia.
Manfaat Belimbing Wuluh sebagai Agen Antihiperlipidemik
Lipida dalam tubuh terutama diwakili oleh kolesterol, trigliserida, dan fosfolipida. Kadar lipid darah yang tinggi adalah faktor risiko utama dalam perkembangan penyakit kardiovaskular, penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer. Kondisi ini sering kali berujung pada serangan jantung dan stroke. Beberapa tanaman obat telah dievaluasi secara ilmiah untuk sifat penurunan lipid mereka dalam mengendalikan gangguan tersebut. Penelitian farmakologi telah mengungkapkan bahwa Belimbing Wuluh memiliki sifat penurunan lipid.
Pushparaj menyelidiki aktivitas hipoglikemik dan hipolipidemik dari ekstrak etanol daun. Ditemukan bahwa pemberian berulang ekstrak etanol daun (dosis 250 mg/kg/hari) secara signifikan menurunkan trigliserida darah sebesar 130% dibandingkan dengan kelompok kontrol pada tikus diabetes yang diinduksi oleh STZ. Pengobatan ini secara signifikan meningkatkan indeks antiaterogenik dan rasio kolesterol lipoprotein densitas tinggi terhadap kolesterol total. Ekstrak daun juga telah terbukti menghambat penyerapan kolesterol dalam uji in vitro menggunakan model sel Caco-2 pada penyerapan usus. Buah (dosis 125 mg/kg) serta ekstrak airnya (dosis 50 mg/kg) juga ditemukan efektif dalam menurunkan kadar lipid pada tikus yang diberi diet tinggi lemak.
Temuan ini mengindikasikan bahwa Belimbing Wuluh memiliki potensi sebagai agen antihiperlipidemik dengan kemampuan untuk menurunkan kadar lipid darah. Penelitian ini membuka peluang untuk penggunaan Belimbing Wuluh dalam pengobatan gangguan lipid dan pencegahan penyakit kardiovaskular. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme kerjanya dan potensi penggunaan dalam pengobatan manusia dengan gangguan lipid.
Manfaat Belimbing Wuluh sebagai Agen Antihipertensi
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama untuk beberapa penyakit kardiovaskular seperti aterosklerosis, gagal jantung, stroke, penyakit arteri koroner, dan kegagalan ginjal. Menurut WHO, sekitar sepertiga populasi dunia menderita hipertensi, dan insidensinya telah meningkat dengan cepat karena modifikasi gaya hidup yang unik. Baru-baru ini, perhatian telah sangat terfokus pada penggunaan preparat herbal sebagai agen alternatif untuk menyembuhkan dan mencegah komplikasi kardiovaskular. Survei etnobotani dari berbagai tanaman obat menunjukkan penggunaan luas dalam pengobatan gangguan kardiovaskular. Secara tradisional, buah dan daun Belimbing Wuluh juga telah digunakan secara efektif untuk gejala tekanan darah tinggi. Dalam hal ini, Bipat et al. secara ilmiah menyelidiki potensi antihypertensi ekstrak air daun Belimbing Wuluh bersama dengan tanaman lain menggunakan model organ terisolasi in vitro. Ditemukan bahwa ekstrak air daun secara signifikan mengurangi kontraktilitas atrium kelinci guinea yang diinduksi oleh noradrenalin tanpa mempengaruhi frekuensi detakannya.[42] Ekstrak daun juga menunjukkan efek antihipertensi yang signifikan dalam percobaan in vivo menggunakan kucing, mengungkapkan kemampuan ekstrak daun sebagai kandidat potensial untuk obat antihipertensi.
Temuan ini mengindikasikan bahwa Belimbing Wuluh memiliki potensi sebagai agen antihipertensi dengan kemampuan untuk menurunkan tekanan darah. Penggunaan buah dan daun Belimbing Wuluh secara tradisional untuk gejala tekanan darah tinggi didukung oleh temuan ilmiah ini. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme kerjanya secara mendalam dan potensi penggunaan dalam pengobatan hipertensi pada manusia.
Manfaat Belimbing Wuluh sebagai Agen Antitrombotik
Tumbuhan obat antikoagulan digunakan sebagai agen antitrombotik. Tanaman obat antikoagulan digunakan secara efektif dalam angina, hepatitis, penyakit arteri koroner, dismenorea, arthritis rheumatoid, cedera traumatik, tumor, depresi, gagal ginjal, pencegahan stroke, dan sindrom pascastroke. Aktivitas antikoagulan dari Belimbing Wuluh dilaporkan oleh Daud et al. pada tikus normal dan tikus diabetes yang diinduksi oleh aloksan. Dalam percobaan mereka, mereka menemukan bahwa pemberian oral ekstrak etanol daun dan buah (dosis 250 mg/kg) selama 14 hari mampu menyebabkan efek antikoagulan yang signifikan, seperti yang diamati dari peningkatan waktu protrombin. Dalam penelitian serupa lainnya, ekstrak metanol mentah dan fraksi-fraksi terpartisi dari daun menunjukkan aktivitas trombolitik yang signifikan (17,06–27,72%) dalam uji in vitro.
Temuan ini mengindikasikan bahwa Belimbing Wuluh memiliki potensi sebagai agen antitrombotik dengan kemampuan untuk mencegah pembekuan darah yang berlebihan. Penggunaan tanaman obat ini dalam pengobatan dan pencegahan kondisi yang melibatkan pembekuan darah berlebihan seperti angina, penyakit arteri koroner, dan cedera traumatik didukung oleh efek antikoagulan dari Belimbing Wuluh. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme kerjanya secara mendalam dan potensi penggunaan dalam pengobatan manusia dengan kondisi yang melibatkan pembekuan darah yang berlebihan.
Toksikitas Belimbing Wuluh
Buah Belimbing Wuluh mengandung sejumlah besar asam oksalat. Konsumsi berlebihan jus buah ini dapat menyebabkan peningkatan kadar oksalat serum dan akumulasi kristal kalsium oksalat dalam tubulus ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Bakul et al. melaporkan serangkaian kasus dari lima rumah sakit di Negara Bagian Kerala (India) yang mengalami gagal ginjal akut setelah mengkonsumsi jus buah ini (100–400 ml/hari). Semua pasien mengalami gagal ginjal parah dengan kadar kreatinin serum berkisar antara 5,5 hingga 12,3 mg/dL, dan biopsi ginjal menunjukkan nekrosis tabung akut dengan kristal kalsium oksalat. Tujuh dari sepuluh pasien memerlukan hemodialisis, namun untungnya semuanya pulih menjadi kondisi normal setelah 2–6 minggu pengobatan. Nair et al. melaporkan dua kasus tambahan lainnya dengan nefropati akut dan deposisi oksalat dalam tubulus setelah mengkonsumsi jus buah ini.
Toksikitas Belimbing Wuluh menggarisbawahi perlunya berhati-hati dalam mengonsumsi buah ini, terutama dalam jumlah besar atau dalam bentuk jus. Kadar asam oksalat yang tinggi dalam buah ini dapat berpotensi merusak ginjal dan menyebabkan gagal ginjal akut. Oleh karena itu, sebelum mengonsumsi Belimbing Wuluh atau produk turunannya, penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis terkait, terutama bagi individu dengan riwayat masalah ginjal atau gangguan terkait asam oksalat.
Aplikasi Belimbing Wuluh dalam Pengobatan
Tanaman Averrhoa bilimbi atau Belimbing Wuluh memiliki manfaat kesehatan yang penting. Namun, ada beberapa hal yang perlu dipahami. Buah Belimbing Wuluh mengandung senyawa asam oksalat yang banyak. Jika jus buah ini dikonsumsi secara berlebihan, bisa menyebabkan peningkatan kadar oksalat dalam darah dan penumpukan kristal kalsium oksalat di ginjal, yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal akut. Terdapat laporan tentang beberapa orang yang mengalami gagal ginjal akut setelah minum jus buah ini. Oleh karena itu, perlu berhati-hati dalam mengonsumsi buah ini secara berlebihan.
Tanaman ini juga memiliki berbagai manfaat kesehatan seperti mengurangi gula darah, tekanan darah tinggi, mencegah pembekuan darah, menurunkan kadar lemak dalam darah, dan melindungi hati. Namun, sebelum menggunakannya untuk tujuan pengobatan, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan terlebih dahulu.
Selain itu, pengolahan tanaman ini juga penting. Proses ekstraksi menggunakan bahan kimia harus dihindari karena dapat berisiko bagi kesehatan. Teknik ekstraksi ramah lingkungan seperti ekstraksi dengan fluida superkritis atau metode lain yang tidak menggunakan bahan kimia berbahaya bisa lebih aman. Tujuannya adalah untuk mendapatkan senyawa-senyawa berkualitas tinggi dari tanaman ini tanpa merusak khasiat kesehatannya.
Dengan kata lain, tanaman Belimbing Wuluh memiliki potensi besar untuk membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan risiko penyakit jantung. Namun, kita perlu berhati-hati dalam mengonsumsinya dan memprosesnya dengan baik agar tetap aman dan efektif. Sebelum menggunakan tanaman ini untuk pengobatan, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau ahli kesehatan.